Sungguh pengorbanan itu tiada yang mudah, pun kalau mudah mungkin artinya berbeda. Kepada yang baru berkunjung ke blog ini, jadi saya bekerja di salah satu Rumah Sakit Umum Swasta, pekerjaan saya menginput tindakan dokter yang dilakukan kepada pasien.
Dari ratusan pasien yang selalu datang tiap harinya, beberapa dari mereka hadir sebagai perbaikan untuk diri saya. Dari mulai yang biasa saja, emosian, khawatiran, bingungan, yang tua, yang muda, semuanya selalu meninggalkan kesan dan pesan untuk menegur kepribadian saya.
Baru saja kemarin saya lihat teman kerja saya yang baru dihadapkan dengan pasien yang tidak sabaran, sungguh itu sangat tidak mengenakan sekali. Pelajaran yang bisa kami ambil adalah ternyata tingkat pendidikan yang tinggi tidak dapat melahirkan kelembutan hati yang tinggi pula. Serendah apapun tingkat pendidikan kita di hadapan manusia, yang memiliki kelembutan hatilah yang akan dihampiri orang banyak.
Tiap hari selasa, rabu, dan kamis jika memang bertepatan saya mendapatkan shift pagi, saya akan bertugas di gedung baru untuk menjadi billing pasien psikiatri.
Dan saya juga baru tahu kalau tidak semua pasien yang berkonsultasi kepada dokter psikiatri itu benar-benar terganggu jiwanya sampai histeris atau bagaimana, saya melihatnya, mereka itu hanya butuh untuk didengar, itu saja.
Terkadang diantara mereka ketika setelah selesai berkonsultasi kepada dokter, mereka kembali menceritakan apa-apa yang diucapkannya di dalam dan saya cukup senang untuk mendengarnya.
Seorang ibu yang seharusnya sudah menimang cucu atau bahkan menyaksikan kesuksesan anaknya, ia dengan tegar menerima keterbatasan anaknya, jika saya menjadi seorang ibu dan dihadapkan dengan ujian semacam itu, barangkali belum tentu saya bisa sekuat beliau, begitu juga dengan ibu saya di rumah, tidak sanggup sepertinya menanggung beban seperti itu.
Saya selalu melihat pukul berapa beliau daftar dan tidak pernah saya lihat beliau berada di antrian lebih dari ke lima. Beliau datang bersama putranya yang sakit itu sehabis subuh untuk bisa mendapatkan nomor antrian lebih dahulu.
Dan saya melihat itu bukan pengorbanan yang mudah tentunya, meski saya tidak tahu apakah ibu itu masih memiliki seorang anak yang dapat menjadi penerus di keluarganya atau tidak.
Berbeda lagi cerita, seorang bapak yang saya lihat selalu menunggu di luar rumah sakit sebelum dokter datang. Saya tidak tahu yang mana anaknya yang katanya sakit itu, karena setiap berkonsultasi bapak itu datang seorang diri, dari data rekam medis yang saya lihat usia anaknya baru saja enam belas tahun, bahkan usia semuda itu tidak menutup kemungkinan seseorang mengalami stress atau apapun itu.
Dengan berbagai kisah yang saya dengar dan dari orang yang berbeda-beda pula. Saya jadi ingin menulis ini, tentang pengorbanan. Mereka yang berkorban ini dan itu selalu dibersamai dengan harapan di belakang mereka, harapan diberi kesembuhan untuk anak-anaknya misalnya.
Mereka bisa berharap apapun, semuanya, meski mereka tahu dan yang akan mereka temui terakhir kali pada harapan itu adalah tetap bersama anaknya dan bisa mengurusnya dengan baik.
Bahkan diantara mereka ada yang berdiri tanpa harapan tetapi mereka bisa tegar, tetap menjalani semuanya, mereka sudah memasrahkan semuanya kepada Allah atas apa yang sudah dilakukannya besar ataupun kecil.
Dan menurut saya ini termasuk tawakal yang luar biasa. Mereka yang tawakal sudah memiliki kesabaran tingkat tinggi, sedikit sekali melihat mereka bermuka masam atau bahkan sampai memerah wajahnya.
Kita tidak pernah tahu apa yang dikorbankan oleh orang lain untuk kita. Dikarenakan ketidak-tahuan itulah kita usahakan untuk tetap tersenyum kepada siapapun, siapapun yang memang menurut kita layak untuk disenyumi karena kita akan malu sekali melihat pengorbanan mereka untuk kita.
Kita diberi hak untuk menunjukkan ego kita, sayangnya tidak pada semua masalah kita harus menunjukkan ego itu. Dipikirkan juga akibat yang akan muncul jika kita hanya memikirkan ego kita atau walau sekadar menunjukkannya.
Saya pun masih belajar untuk itu, karena mengalah untuk kemenangan itu tidak sekeren kata-katanya, apalagi jika mengurusi sesuatu yang tidak dapat dipastikan keuntungan apa yang akan dihasilkan jika sesuatu itu diperjuangkan.
Intinya kita harus sama-sama belajar untuk ini. Menghargai orang-orang yang berkorban untuk kita, menghargai orang-orang yang tak menghargai pengorbanan kita, menghargai siapapun karena penghargaannya adalah kita yang tampak lebih baik di hadapan mereka juga mudah-mudahan menjadi pahala yang Allah ridha memberikannya kepada kita. Insya Allah.
0 Komentar