Jadi malam ini aku kayak mau ngebahas tentang perkembangan pemahaman aku mengenai pernikahan impian, so enjoy dear..
Dulu pernikahan impian itu membayangkan bagaimana cantiknya diri dengan balutan make up dan gaun pengantin yang cantik dan anggun.
Dulu pernikahan impian itu bagaimana megahnya pesta pernikahan dengan orkestra musik yang menggelegar.
Dulu pernikahan impian itu senang ketika banyak tamu undangan yang mengucapkan, "selamat menempuh hidup baru ya, segera dipunyai momongan, langgeng sampai kakek-nenek"
Dulu pernikahan impian itu bahagia disandingkan dengan pria yang sudah menjadi suami kita. Menerima tamu dari orang-orang yang kita kenal maupun tamu dari orang-orang yang suami kita kenal. Bersalaman lalu mengambil foto untuk kenang-kenangan.
Dulu dan dulu pernikahan impian yang dibayangan adalah tentang megah, meriah, dan berbeda dari yang lainnya. Tidak mikir melulu tentang harus sesuai syariat yang dianjurkan oleh Islam atau tidak. Karena pada hari itu bahagia dan kebanyakan orang pun melakukan hal yang serupa ketika pesta pernikahan, maka kita lupa bahkan ragu dengan pernikahan sesuai dengan syariat Islam.
Sebaik-baik pakaian adalah yang dapat menutup aurat kita. Maka tidak lantas karena kita menikah, harus sanggul sana sini, ataupun berhijab namun tanpa memikirkan apakah hijabnya terulur atau dililit.
Pun dengan pestanya bukankah pernikahan itu adalah ibadah untuk kita. Maka bagaimana mungkin kita membiarkan orang lain bermaksiat di pernikahan kita. Seperti campur baur antara laki-laki dan perempuan, menyuguhkan tampilan acara yang tidak serono atau standing party yang padahal kita sama-sama tahu makan & minum haruslah sambil duduk.
Dengan disandingkan bersama suami kita, itu artinya kita pun berhadapan dengan teman suami kita yang bukan mahram (laki-laki) bukankah kita pun harus tetap menjaga batasan antara laki-laki dan perempuan. Maka dari itu diharuskan untuk terpisah (infishal).
Lalu bukankah sebaik-baik ucapan untuk kedua mempelai menurut Rasulullah pun "Barakallah lakuma wabarakah alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair".
Begitulah pernikahan. Jangan sampai ala kebarat-baratan itu termasuk ke dalam pernikahan impian yang kita mau padahal tentulah itu jauh daripada syariat Islam.
Ouhiya itu undangan dari temanku. Hehhehe semenjak bulan syawal lalu undangan yang sampai udah kayak struk belanjaan, masyallah banyaknya.
Tulisanku sampai disini dulu, sampai jumpa di tulisanku berikutnyaa.

0 Komentar