Assalamualaykum semuaaa. Hari ini aku mau cerita pengalamanku tentang kuliah sambil kerja. Sungguh aku nggak pernah ngebayangin bisa kuliah sambil kerja sebelumnya, apalagi yang mungkin baca tulisanku sebelumnya tahu bagaimana pandanganku kepada “menjadi seorang pekerja”. Tapi pada kenyataannya, sekarang aku sudah hampir satu tahun bekerja sebagai staff billing di salah satu Rumah Sakit swasta yang berada di kotaku.
Apa yang kita takutkan, yang membuat kita enggan keluar sebelumnya, pada akhirnya setelah kita keluar dari dalam sana, kita akan tersenyum melihat keputusan kita yang pertama, yaitu memutuskan untuk takut. Guru bahasa Inggrisku ketika SMA, bu Aslina pernah bilang, kita itu harus mau keluar dari zona aman, kita harus punya rasa terdorong untuk aktif di zona tak nyaman, karena terkadang kenyamanan itu tidak selalu memberikan manfaat untuk kita. Kuliah misalnya, kuliah memang tidak mudah, kita masih harus belajar sungguh-sungguh walaupun baru aja kemarin di SMA belajar terus, belajar memang tidak ada hentinya, maksudnya dengan tanggung jawab yang lain seperti adanya pekerjaan rumah, tugas kelompok, dan sebagainya. Nah pada zona ini kita akan merasa aman daripada meloncat ke zona yang lain, yang disebut dengan zona tidak nyaman itu.
Aku juga begitu, kegiatan sehari-hariku waktu itu ke kampus, jadwalnya masih senin sampai sabtu, ke kampus hanya untuk bertemu dosen, mendengarkan materi yang disampaikan kurang lebih dua jam untuk satu mata kuliah. Setelah itu? pulang. Aku termasuk salah satu Mahasiswa Kupu-Kupu (Kuliah Pulang – Kuliah Pulang), para aktifis kampus selalu menganggapnya begitu. Tidak ingat apa alasan terbaikku waktu itu, yang pasti jika aku pikirkan sekarang, aku tidak salah mengambil keputusan. Tambahan kegiatan yang lain mungkin kerja kelompok, diskusi sebentar, banyaknya jajan, maklum masih terbawa suasana siswa SMA. Habis itu pulang ke rumah, yaa kegiatan di rumah tidak jauh dengan itu-itu lagi.
Sampai pada akhirnya aku menerima panggilan pekerjaan itu. Aneh juga rasanya, waktu itu hari selasa, pertemuan dengan pihak HRD jam sepuluh pagi, jadi aku bisa ikut satu mata kuliah di jam delapan sampai jam sembilan dua puluh, perjalanan dari kampus ke tempat kerja itu kurang lebih tiga puluh menit, itu pun kalau tidak macet dan pak angkotnya nggak ngetem lama. Itu adalah test kerja pertama kali, walaupun aku pernah bekerja sebagai guru TKA di dekat rumah sebelumnya. Dari semua test yang aku sudah cari tahu sebelumnya yang paling menakutkan adalah test wawancara, aku tidak tahu bagaimana menghilangkan sikapku yang tak bisa menyembunyikan kegugupan kadang-kadang, beberapa orang terdekatku yang sudah lebih dahulu memiliki pengalaman ini aku jadikan mereka sebagai narasumber, seperti bagaimana bersikap ketika wawancara sampai materi apa saja yang biasanya ditanyakan dalam test pegawai baru untuk bagian Rumah Sakit.
Test pada hari itu selesai pukul empat sore, dengan beberapa test yang sudah dilewati termasuk test kesehatan. Dengan mendapat tiket lulus ke tahap cek kesehatan pun aku sudah merasa yakin kalau aku pasti akan bekerja disini.
Dan setelah menunggu waktu yang cukup lama, hampir tiga bulan pada waktu itu, pada akhirnya aku mendapat panggilan juga. Untuk pertama kalinya pada hari itu aku akan masuk kuliah kelas sore, ternyata eh ternyata, semuanya itu tidak mudah dilalui teman-teman. Hari kerja pertama sama seperti biasanya, memperkenalkan diri ke seluruh bagian di tempat kerja, latihan satu demi satu pekerjaan yang diberikan oleh coordinator bagian, dan sebagainya. Karena aku masuk general shift, hari itu aku pulang pukul empat sore, sedangkan kuliah kelas sore itu dimulai pukul lima, dengan jadwal yang masih simpang siur aku menerimanya, ternyata setiap orang punya jadwal masing-masing yang berbeda, sedangkan aku tidak punya banyak teman di kampus, unsosial sekali.
Dengan waktu satu jam itu aku harus bisa pulang dulu ke rumah, bersiap-siap untuk pergi lagi. Perjalanan menuju ke rumah saja cukup menghabiskan waktu sepuluh menit ditambah masuk ke gang, dan waktu itu semakin kita merasa terburu-buru, maka waktu pun ikut-ikutan terburu-buru. Dengan ketidaktahuan dosen hari ini ada di ruangan mana dan di kampus berapa, karena kampusku ada dua gedung juga berjauhan tempatnya. Pertama-tama aku pergi ke kampus satu karena ruang administrasi jurusanku ada disana, aku harus memberikan surat pernyataan kerja untuk mendapatkan izin masuk kelas pagi-sore, yang dosen statisticku bilang disanalah mahasiswa pemilik kelas nggak jelas berada. Hehehe.
Buku Absen Pribadi pun sudah didapat, aku sempat bertanya jadwal nama dosen yang kusebutkan, ternyata nama dosennya ada dua, aku tidak tahu dosen yang aku maksud ini yang mana, untuk menjelaskan karakteristiknya saja aku nggak tahu. Melihat orang-orang yang ditanya pun kebingungan, akhirnya aku pergi ke lantai tiga untuk mencari jadwal kuliah seluruh mahasiswa. 212. Ruangan di lantai dua, beruntungnya masih berada di gedung yang sama. Pertemuan pertama, akhirnya tahu dosen yang namanya pak Faozan itu yang mana.
Awalnya aku pikir ini selesai, ternyata masih banyak PR yang harus aku kerjakan untuk aktifitas baruku ini. Jujur, pertemuan di semester satu beberapa waktu terakhir ini memang jadi ada kosongnya, karena keterampilanku untuk menyesuaikan jadwal kerja dan kuliah masih berantakan, beberapa teman yang sudah lebih dulu berpengalaman sempat memberi tahu, bahkan memintaku untuk mengirimkan jadwal kuliah dan kerja saja, dia siap untuk menyusunnya, namun berhubung jadwal bekerjaku yang shiftnya berubah-ubah per dua hari, jadi lebih susah untuk menyusunnya.
Nah pada proses menyusun jadwal ini, masih tidak mengerti sebenarnya. Ditambah jadwal bekerjaku yang memang bukan satu minggu shift pagi, satu minggu shift siang, dan satu minggu shift malam. Tapi per dua hari, jadi dua hari pagi, dua hari siang, dua hari malam, dan dua hari libur. Jadi memang pengorbanan untuk mengejar dosennya lebih berat, menurutku. Tapi semuanya hanya pusing di bayangan, begitu tenang ketika dijalani, sampai pada hari ini.
Kuliah pagi ketika didapat shift siang, kuliah sore ketika didapat shift pagi, serta kuliah pagi dan sore ketika didapat shift malam, biasanya selesai dari kampus langsung pergi ke tempat kerja. Agak berkurang juga sebenarnya pertemuan bersama keluarga, waktu di rumah yang sebentar hanya dipakai untuk beristirahat, tidur misalnya, menghabiskan waktu di kamar.
Tetapi selain pengalaman menjadi mahasiswa dan pekerja di waktu yang sama, juga kita lebih bertemu banyak orang, lebih banyak menyaksikan, mendengar, mengikuti dan sebagainya. Dan waktu, pengaruh besar terjadi pada sedikit kondusifnya pembagian waktu yang efektif, ketepatan pada waktu datang dan pulang di tempat kerja, memberikan effect yang cukup baik di kampus. Begitu pun dengan waktu yang lainnya, seakan-akan pada status baru menjadi pekerja ini menambah peningkatan dalam tumbuhnya sikap selalu ingin tepat waktu.
Dan juga kepedulian, kita bukan hanya melihat diri sendiri jadinya. Walaupun mungkin orang lain menganggap kita sama. Hidup bukan hanya tentang seorang diri yang belajar, lulus dengan nilai tinggi, bekerja, mendapat gaji besar, hidup dalam harta yang bergelimang, menikah, punya anak lucu-lucu, naik haji, hidup tenang aman dan nyaman. Tapi hidup itu tentang seberapa bermanfaatkah kita untuk orang-orang di sekitar kita, bukan maksudnya kita menjadi lebih banyak mengurusi hidup orang lain, tetapi pada ruang yang asalnnya kita tidak peduli itu padahal seharusnya peduli, sekarang menjadi peduli.
Mungkin menurut sebagian orang kuliah sambil kerja itu jadinya nggak fokus kuliahnya. Memang ada yang menjadi seperti itu, tetapi juga tergantung orangnya, banyak kok yang kuliahnya fokus tapi sambil kerja. Aku juga awalnya berpikir begitu, apalagi melihat orangtua yang kayaknya masih bisa biayain kuliah kita, tetapi bukankah setiap detik kita itu mengalami perubahan? Baik tempat maupun keadaan, kuliah sambil kerja, setidaknya bisa mengurangi salah satu beban orangtua kita, uang jajan misalnya. Atau mungkin bahkan sampai uang kuliah, kan bagus jadi nggak terlalu ngerepotin orangtua.
Lagi pula fokus pada kuliah saja tidak menjamin ketentuan kalau kita akan fokus disana. Karena fokus itu bukan hanya karena kita memikirkan satu hal saja, tetapi bagaimana hal itu kita bisa pikirkan dengan baik sehingga memberikan hasil yang baik pula. Jadi buat teman-teman yang masih bingung nih kerja atau nggak, persiapkan mental dulu juga sih, dan yang paling penting adalah jangan lupakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, selalu-lah dalam keadaan dan suasana apapun kita mengingat-Nya. Karena tanpa-Nya, kita tidak punya daya dan upaya.
Dan satu lagi catatanku, jangan sampai kesibukkan kuliah dan bekerja kita menyebabkan aktifitas ibadah kita menurun apalagi kalau sampai tertinggalkan. Juga dakwah, dakwah harus tetap go on, jangan banyak alasan untuk ngaji, kumpul bersama orang-orang yang shalih, dan tetap jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama kita. Sampai ketemu di tulisan selanjutnyaaa, tulisan sebelumnya bolehlah dibaca, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
1 Komentar
jadilah penulis terbaik yang selalu ku baca����
Balas